Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMS menyelenggarakan diskusi mahasiswa dengan judul “Pemikir dan Aktivitas Berpikir”. Diskusi mahasiswa dipandu oleh pemateri Drs. Agus Budi Wahyudi, M.Hum. yang dilaksanakan pada Senin, 4 Juni 2018 di ruang C.3.1A Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dlam diskusi tersebut dipaparkan bahwa era Industri 4.0 melahirkan disruption berciri ketidakpastian (uncertain, unpredictable) dan perubahan (constant change). Disruption artinya ‘tercerabut akarnya, perubahan yang mendasar saat hidup dikendalikan komputer dan internet’. Zaman semakin kekini –Era Diskrusi 4.0 ini pun ditandai dengan pengutamaan kecepatan dan ketepatan dalam mengatasi masalah. Mahasiswa yang berada di institusi pendidikan tentu saja berada dalam balutan zaman.
Mahasiswa sadar diri bahwa tantangan hidup ke depan semakin kompleks. Kepemilikan keunggulan dalam hal potensi intelektual (sebagai pemikir) dibinakembangkan secara proporsional. Kampus sebagai lembaga subur yang di dalamnya berbagai-bagai ahli hidup dan mengabdikan dirinya. Potensi intelektual insan kampus ini dapat digunakan sebagai modal kuat dalam menghadapi perubahan-perubahan. Kampus menjadi garda depan dalam rangka merampungkan persoalan bangsa ini, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sarjana pemikir lebih sedikit dibanding dengan sarjana siap pakai di ranah kerja. Apakah ini gejala kelangkaan pemikir di ranah akademis? PT memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan bangsa. Terorisme dan radikalisme yang sempat “menggeliat-geliat” memerlukan perhatian khusus. Kemajuan bangsa Indonesia dimotori oleh insan akademis sehingga inilah yang sangat relevan, bila pembentukan insan akademis yang unggul perlu menjadi pusat perhatian. PT tidak hanya pencetak sarjana –yang siap mengisi bursa kerja, tetapi harapan utama pencetak cendekiawan potensial, pemikir yang responsif dan kreatif, sebagai pengembang ilmu pengetahuan.
Langkah persiapan pencetak pemikir dirumuskan dalam sebuah kurikulum yang dipersiapkan dengan baik. Manakala kurikulum yang dilaksanakan tidak sesuai dengan realitas perubahan arah kemajuan ilmu pengetahuan, maka akan terjadi selisih capaian yang tidak menguntungkan bagi lulusan PT yang bersangkutan.
Kelangkaan pemikir bisa terjadi! Apabila PT hanya berkutat meladeni rutinitas saja. PT terjebak pada proses pemahaman terhadap pengetahuan. Proses pengembangan ilmu pengetahuan jarang terjadi. Pemikir merasa tidak perlu lagi ada hipotesis baru sehingga terjadi evolusi ilmu pengetahuan. Pemikir juga dibutuhkan dalam kerangka yang besar yaitu “menghasilan temuan baru’’.